BOGOR, -ypwi.or.id-, Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) Pusat Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin mengatakan bahwa Pondok Pesantren (Ponpes) tidak boleh diintervensi oleh siapapun. Hal ini dikatakan Kyai Didin saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Pelatihan Nasional Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren yang digelar di Ponpes Darul Muttaqin Parung Bogor Jawa Barat, Jum’at (19/01/2018).
“Pondok pesantren adalah aset kita semua yang tidak boleh dilupakan dan tidak boleh diintervensi oleh siapapun”, ucapnya di hadapan para pimpinan pesantren. “Karena fungsi pesantren adalah sebagai lembaga iqamatuddin, siapapun boleh terlibat tapi untuk tujuan iqamatuddin”, imbuhnya. “Pesantren harus tetap menjadi lembaga iqamatuddin yang melahirkan murabbi dan mu’allim”, tegasnya.
Menyinggung tahun politik 2018 ini Pimpinan Pesantren Mahasiswa Ulil Albab Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor ini berharap pesantren tidak ditunggangi untuk kepentingan politik lalu ditinggalkan. “Tahun 2018 ini tahun politik, kita tidak ingin pesantren terlibat kemudian hancur”, ujarnya.
Kegiatan ini digelar dalam rangka menyatukan hati, pikiran, langkah dan gerak para pimpinan pesantren guna menguatkan eksistensi dan peran pesantren di masyarakat. “Pelatihan ini kita gelar untuk menyatukan hati, pikiran dan langkah serta sharing, tukar pengalaman dan menguatkan pondok masing-masing”, ucap Kyai Didin.
Dekan Fakultas Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldung (UIKA) Bogor ini menambahkan, pelatihan ini juga digelar dalam kerangka menguatkan dan mempertahankan budaya pondok pesantren. “Turats dan budaya pondok pesantren yang sudah beradab-berabad lamanya harus dipertahankan dan dikembangkan”, jelasnya.
Budaya ponpes yang dimaksud adalah budaya adab. Menurutnya budaya adab yang menjadi ciri khas pesantren harus terus dijaga dan dikembangkan metode pengajarannya. “Tradisi pesantren adalah tradisi adab, ini harus dipertahankan, metodenya bisa berkembang tapi materi atau maddah-nya tetap”, terangnya.
Yang selanjutnya adalah budaya berjamaaah, dalam ibadah dan muamalah. “Kekuatan kita dalam keberjamaahan dalam seluruh aspek, dalam ibadah maupun mumalah”, terangnya. Dalam mumalah misalnya pesantren mengembangkan prinsip ekonomi jama’ah bukan kapitalistik individualistik. “Kita melatih anak-anak kita membangun keberjamaahan dalam muamalah”, tegas Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor ini.
Yang ketiga adalah budaya ilmu. “Di manampun kita berada ada pesantren di situ budaya ilmu dikembangkan”, ungkapnya. Keempat, kemandirian. “Kemandirian inilah yang mengundang keberkahan an bisa membuat bertahan dalam situasi apapun”, katanya. Menurutnya melalui pelatihan ini pula kemandirian bersama pesantren yang akan dibangun BKsPPI”, pungkasnya.